Fenomena alam dalam Al-Qur'an
Sabtu, 29 September 2012
0
komentar
Bumi
hanyalah salah satu dari sekian banyak planet yang mengelilingi
matahari. Kemungkinan besar hanya bumi yang memiliki kehidupan. Akan
tetapi tidak menutup kemungkinan ada kehidupan lain di planet yang lain.
Alam raya tidak dapat kita bayangkan betapa besar dan luasnya. Jaraknya
begitu jauh sehingga untuk mengukurnya kita menggunakan satuan cahaya;
menit cahaya dan tahun cahaya. Dimana satu menit cahaya adalah jarak
yang ditempuh cahaya dalam satu menit. Dan ini sangat jauh sekali, sebab
cahaya menempuh jarak 300.000 kilometer dalam satu detiik. Ini berarti
bahwa satu menit cahaya sama dengan 60 dikali 300.000, atau 18 juta
kilometer.
Dan itu berarti satu tahun cahaya sama dengan hampir sepuluh
trilyun kilometer.
Bumi
kita tercinta ini memiliki matahari yang menghangatkan kita dipagi
hari. Matahari kita sendiri hanyalah salah satu dari sekitar 400 milyar
bintang di galaksi kita, yaitu yang kita sebut dengan Bima Sakti.
Galaksi ini menyerupai cakram. Saat kita menatap bintang di Bima Sakti
yang jauhnya 90.000 tahun cahaya dari matahari kita, berarti kita
memandangnya 90.000 tahun sebelumnya. Maksudnya adalah ketika kita
melihat sebuah bintang yang jauhnya ribuan tahun cahaya (ukuran jarak
untuk luar angkasa), sesungguhnya kita menempuh ribuan tahun kembali
dalam sejarah luar angkasa. Hanya saja kesemua yang kita lihat itu
bertemu didalam mata kita dalam bentuk gelombang cahaya.
Kebanyakan
ahli astronomi (ilmu perbintangan) setuju bahwa dulu kala, kira-kira 15
milyar tahun yang lalu, semua substansi di alam raya itu menyatu dalam
satu daerah yang kecil. Substansi itu begitu padatnya hingga begitu
panas, padat dan rapat dan akhirnya meledak. Kita menyebutnya dengan
Dentuman Besar (The Big Bang Theory).
Ledakan
itu yang membuat banyaknya planet-planet di jagad raya ini. Ledakan
yang menghasilkan substansi-substansi kecil akhirnya menyebar ke seluruh
penjuru, kemudian mendingin dan akhirnya terbentuklah bintang-bintang
yang indah, galaksi-galaksi dan planet-planet. Teori ini mengatakan
kalau alam raya ini mengembang dan akan begitu terus selanjutnya. Asal
mula dari penciptaan alam semesta ini bukanlah suatu kebetulan. Tidak
ada yang namanya kebetulan. Suatu hal pasti ada sebab dan akibat.
Mengenai munculnya Jagad Raya ini, Al-Quran menjelaskan: "Dan apakah
orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasannya langit dan bumi itu
keduanya dulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapa mereka tiada juga beriman?"
Tidak
ada galaksi di ruang angkasa yang tetap berada ditempatnya. Semua
galaksi di alam raya ini bergerak saling menjauh dengan gerakan yang
sangat cepat, dengan kecepatan luar biasa. Semakin jauh mereka dari
kita, semakin cepat mereka bergerak. Itu berarti bahwa jarak antara
galaksi-galaksi itu semakin bertambah sepanjang waktu. Memang hal ini
sangat susah dibayangkan. Semisal seperti ini, jika kita memiliki sebuah
balon dan kita menggambarkan sebuah titik-titik hitam diatasnya dengan
jumlah lumayan banyak, maka titik-titik itu akan menjauh satu sama lain
ketika kita meniup balon tersebut. Nah begitulah yang terjadi dengan
alam raya kita ini. Alam raya kita berkembang. Yang membuat para ilmuwan
mengatakan seperti ini, karena memang ilmu pengetahuan yang mengatakan
demikian dan ini adalah sebuah hasil riset modern dari Teori Big Bang.
Pada
tahun 1925, seorang ilmuwan astronomi dari Amerika yang bernama Edwin
Hubble, mengatakan kalau alam raya ini berkembang. Akan tetapi sejak
dulu kala Al-Quran sudah terlebih dahulu mengatakan demikian. "Dan
langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami
benar-benar berkuasa"
Kata
mûsi'ûn mempunyai arti sebenarnya adalah "mengembangkannya" dan kata
ini mengacu pada penciptaan alam semesta. Stephen Hawking, dalam sebuah
bukunya yang berjudul "A Brief History of Time", mengatakan kalau
penemuan yang mengatakan kalau alam semesta ini mengembang adalah sebuah
revolusi intelektual yang hebat selama abad 20. Sedangkan Al-Quran
menjelaskan tentang mengembangnya alam semesta jauh sebelum manusia bisa
menciptakan sebuah teleskop untuk mengamati bintang-bintang. Beberapa
orang mengatakan kalau bukti-bukti astronomi yang ditemukan dalam
Al-Quran tidaklah mengejutkan karena memang Arab maju di bidang
astronomy. Memang hal ini benar. Akan tetapi Al- Quran dibawa sang
utusan jauh sebelum dunia Arab mahir dibidang astronomi. Bahkan Al-Quran
juga mengupas tentang Teori Big Bang, yang orang-orang Arabnya sendiri
tidak mengetahui tentang teori ini, bahkan ketika Arab dipuncak
kejayaan ilmu mereka.
Secara
singkat kita mengetahui kalau bintang-bintang dan bumi ini adalah
ciptaan Allah. Tapi ilmu pengetahuan menyangka sebagai buah hasil
evolusi, suatu kemajuan menurut hukum tersendiri selama jutaan tahun,
yang berasal dari leburan massa,
kabut hidrogen, yang akhirnya menjadi alam semesta ini. "Kemudian Dia
menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap,
lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "datanglah kamu keduanya
menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya
menjawab:"Kami datang dengan suka hati" [Al- Quran: Fushilat: 11]
Lagi-lagi Al-Quran telah menyuguhkan bukti ilmiah lebih awal dari buku apapun dari para ilmuwan-ilmuwan astronomi dimanapun.
Bahkan
mengenai bentuk bumi, Al-Quran juga memiliki keterangan yang valid dan
lengkap. Jika dulu manusia mempercayai kalau bumi itu datar, akan tetapi
sejak Sir Francis Drake memutari bumi dengan berlayar (pada tahun
1597), dia menyatakan kalau bumi berbentuk seperti bola. Dalam Al-Quran
hal ini dijelaskan secara implisit dengan gaya
bahasa yang indah dan penuh makna: "Tidakkah kamu perhatikan bahwa
sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya
diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur" [Al-Quran:
Luqman: 31]
"Tidakkah
kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam
ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan
matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang
ditentukan dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan" [Al- Quran: Luqman: 29]
Fenomena
yang dilukiskan Al-Quran dengan kalimat memasukkan siang ke dalam malam
dan sebaliknya itu hanya bisa berlangsung jika bumi berbentuk bola.
Kalau bumi berbentuk datar, maka perbahan siang dan malam bukan secara
perlahan-lahan akan tetapi dengan perubahan yang tiba-tiba. Perubahan
malam dan siang yang tiba-tiba akan membuat kehidupan menjadi tidak
alami seperti dalam film kartun dan kehilangan nilai keindahannya. Ini
tidaklah mungkin karena Allah Maha Indah.
Sebenarnya
bumi tidaklah sepenuhnya bulat seperti bola, akan tetapi secara
geografis bundar, yang pada kutubnya merata. "Dan bumi sesudah itu
dihamparkan-Nya" (Wal ardho ba'da dzalika dakhaha) DImana oleh A. Yusuf
Ali, dakhaha diartikan sebagai permukaan yang luas, dan ini adalah
benar. tapi kata dakhaha juga mempunyai arti sebagai telur unta. Bentuk
dari telur unta menyerupai dari bentuk bulatnya bumi yang merata di
bagian kutubnya.
Subhanallah.
Maha Benar Allah dalam segala firman-Nya. Al-Quran adalah sebuah kitab
tua yang sarat dengan ilmu pengetahuan yang baru-baru saja ditemukan.
Maka itu kagumilah alam semesta dan Penciptanya.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Fenomena alam dalam Al-Qur'an
Ditulis oleh Bagas Putra
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://mediamuslim17.blogspot.com/2012/09/fenomena-alam-dalam-al-quran.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Bagas Putra
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar