Kisah Pohon Apel
Minggu, 01 April 2012
0
komentar
Suatu
ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang
bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya
hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan
rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu.
Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.
Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan
tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari
ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih.
“Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu.
“Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu.
“Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.”
Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang……… tetapi
kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa
mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu.”
Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang
ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak
lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.
Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang.
“Ayo bermain-main denganku lagi,” kata pohon apel.
“Aku tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu.
“Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk
tempat tinggal. Maukah kau menolongku?” “Duh, maaf aku pun tak memiliki
rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun
rumahmu,” kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan
dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu
juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu
tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.
Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya.
“Ayo bermain-main lagi deganku,” kata pohon apel. “Aku sedih,” kata
anak lelaki itu. “Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi
berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk
pesiar?”
“Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang
tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah
berlayar dan bersenang-senanglah.” Kemudian, anak lelaki itu memotong
batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi
berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.
Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun
kemudian. “Maaf anakku,” kata pohon apel itu. “Aku sudah tak memiliki
buah apel lagi untukmu.” “Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk
mengigit buah apelmu,” jawab anak lelaki itu.
“Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat,” kata
pohon apel. “Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu,” jawab anak
lelaki itu. “Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku
berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan
sekarat ini,” kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata. “Aku tak
memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata anak lelaki. “Aku hanya
membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian
lama meninggalkanmu.” “Oooh, bagus sekali.
Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk
berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan
akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.” Anak lelaki itu
berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan
tersenyum sambil meneteskan air matanya.
Ini
adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita.
Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita.
Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang
ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun,
orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa
mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa
anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi
begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah” dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: ‘Wahai Rabb-ku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku sewaktu kecil.”[QS.al Isra: 23-34]
Kami
perintahkan kpd manusia supaya beruntuk baik kpd dua orang ibu
bapaknya, ibu mengandung dgn susah payah, dan melahirkan dgn susah payah
(pula). Mengandung sampai menyapih ialah tiga puluh bulan, sehingga
apabila dia telah dewasa dan umur sampai empat puluh tahun, ia berdo’a
“Ya Rabb-ku, tunjukilah aku untuk menysukuri nikmat Engkau yg telah
Engkau berikan kpdku dan kpd kedua orang tuaku dan supaya aku dpt
beruntuk amal yg shalih yg Engkau ridlai, berilah kebaikan kpdku dgn
(memberi kebaikan) kpd anak cucuku. Sesungguh aku bertaubat kpd Engkau
dan sesungguh aku termasuk orang-orang yg berserah diri” Al-Ahqaaf : 15
Sebarkan cerita ini untuk mencerahkan lebih banyak sahabat dan rekan.
Dan, yang terpenting: cintailah orang tua kita. Sampaikan pada orang
tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas
seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita. Sumber http://www.facebook.com/note.php?note_id=262892916833&comments
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Kisah Pohon Apel
Ditulis oleh Bagas Putra
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://mediamuslim17.blogspot.com/2012/04/kisah-pohon-apel.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Bagas Putra
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar