Cinta yang Terlupakan
Senin, 01 Oktober 2012
0
komentar
Jika kita berbicara cinta, maka yang terlintas adalah sesuatu yang
menyejukkan, menyenangkan, menentramkan dan membuat damai. Bagi
kebanyakan orang, mereka yang masih berpacaran dan memadu kasih dengan
lawan jenis, akan merasakan indahnya cinta ketika bersama pasangannya.
Tenteram rasanya jika ada yang selalu menemani seraya menikmati
keindahan dunia berdua. Indah rasanya meski sebenarnya hubungan ini
belumlah halal. Tapi seperti itulah cinta yang dirasakan para muda-mudi
saat ini.
Bagi sebagian orang lainnya, yang lebih tepat disebut
sebagai aktivis Islam sangatlah tidak mengenal yang namanya pacaran.
Mereka cenderung menikmati masa lajangnya dengan amal dakwah. Menantikan
masa indah merajut cinta ialah dengan menanti masa-masa indah
pernikahan. Terkadang, membaca berbagai buku dan literatur tentang
pernikahan seraya mempersiapkan diri ke sana. Menuju sebuah tempat di
mana keindahan merajut cinta dan menjalin kasih dengan lawan jenis dapat
terwujud dalam nuansa halal atas ridha-Nya.
Cinta memang
menjanjikan suatu keindahan, baik bagi yang sedang menanti pernikahan
atau bagi yang sudah merasakan manisnya berumah tangga semua terasa
indah. Ketika menghadapi masalah yang pelik, dihadapi bersama-sama.
Ketika menanggung sebuah beban yang berat, ditanggung bersama. Saling
menyemangati di saat susah, saling berbagi di saat senang. Bagi sepasang
suami-istri, mendidik anak bersama, membangun kehidupan harmonis di
bawah ridha-Nya, sang suami yang begitu pulang merasakan kehangatan
sambutan istri dan senyum anak-anaknya, istri yang dengan hangatnya
menyambut sang suami serta membimbing anak-anaknya, tentu hal yang
sangat menyenangkan. Indah cinta benar-benar terasa di sini, cinta yang
berlandaskan karena Allah SWT. Namun, mesti ada sebuah perenungan di
sini, mari kita sama-sama simak firman Allah SWT berikut ini:
“Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini,
yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang
baik (surga).” (QS. Ali-imron: 14)
Ada
satu hal yang perlu kita renungi dari ayat ini. Apakah kita benar-benar
mencintai sesuatu itu karena Allah? Apakah semua keindahan yang kita
rasakan itu benar-benar nyata atau bersifat sementara? Pernahkah
terbayang di pikiran kita ketika semua keindahan dan kesenangan yang
kita rasakan itu hilang dalam seketika?
Coba kita renungkan dan
tanya ke dalam hati ini. Jika semua yang membuat kita bahagia saat ini,
teman, keluarga, ayah, ibu, istri dan semuanya itu tiba-tiba dipanggil
oleh Allah SWT. Akankah kita menangis histeris, merasa kehilangan
segalanya, merasa dunia tidak bersahabat atau bahkan merasa bahwa Allah
tidak adil? Jika ini yang akan kita rasakan maka sekaranglah saatnya
kita merekonstruksi niat kita ini.
Ketika kita bersama sebuah
kebahagiaan, merasakan indahnya cinta, terkadang ada sebuah hal yang
sering terlupakan. Terkadang sering kita menantikan seseorang yang akan
mendampingi kita dengan sebuah kebahagiaan dan harapan akan bisa
merasakan indahnya cinta, namun lagi-lagi ada sebuah hal yang
terlupakan. Jika kita akan merasa begitu sangat sedih dan sangat
kehilangan saat orang tersayang kita harus menghadap-Nya, bahkan kita
merasa tidak dapat menemukan kebahagiaan lagi karena hal itu maka di
sinilah kita telah melupakan suatu hal yang sangat berharga yang
menyebabkan segala keindahan dan kesenangan itu hadir.
Cinta
kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya cinta. Di kala senang, kita
sering melupakan hal ini padahal Allah-lah yang membuat kita merasakan
kesenangan itu. Kebahagiaan yang tadi kita sebutkan itu hanya sementara,
terbukti ketika kita kehilangan, kita tidak lagi merasakan kebahagiaan
itu. Tapi, berbeda kondisinya dengan cinta kepada Allah SWT karena Allah
itu kekal sehingga kita tidak akan pernah kehilangan. Cinta yang dapat
membuat sebuah tangisan terasa begitu indah.
Di sinilah sumber
kebahagiaan yang sesungguhnya. Ketika kita merajut indahnya jalinan
kasih rumahtangga, cinta kepada Allah-lah yang sebenarnya membuat kita
merasakan kebahagiaan itu. Kesenangan bersama lawan jenis yang belum
halal hanyalah kesenangan semu semata. Kebahagiaan bersama dalam rumah
tangga juga tidak boleh melebihi besarnya cinta kepada Sang Pemberi
Cinta. Sehingga, ketika sekarang kita sedang mengagumi seseorang,
mendambakan seseorang untuk menjadi pendamping hidup kelak, merasakan
getar-getir dengan lawan jenis sehingga timbul keinginan memilikinya,
dan lainnya. Itu bukanlah hal yang tidak wajar, namun bukankah akan
lebih baik jika kita fokuskan hal itu kepada sumber kita meraih cinta
itu, yaitu Allah SWT. Rasa kagum terkadang timbul, rasa cinta yang
terkadang sulit dihindari, rasa tenteram yang terkadang terasa di hati
cobalah untuk menepisnya dengan memfokuskannya kepada Allah SWT karena
dengan merasakan indah cinta kepada Allah SWT itu kita bisa merasakan
semua kebahagiaan dan ketenteraman itu.
Jadi, ketika kita ingin
mendapatkan cinta lawan jenis, alihkanlah dengan keinginan untuk
mendapatkan cinta Allah SWT karena itu adalah syarat mutlak bagi kita
untuk bisa merasakan keindahan cinta.
Aku ingin mencintaimu
setulusnya, sebenar-benar aku cinta
dalam doa dalam ucapan dalam setiap langkahku
aku ingin mendekatimu selamanya
sehina apapun diriku
kuberharap untuk bertemu denganmu ya Rabbi
setulusnya, sebenar-benar aku cinta
dalam doa dalam ucapan dalam setiap langkahku
aku ingin mendekatimu selamanya
sehina apapun diriku
kuberharap untuk bertemu denganmu ya Rabbi
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Cinta yang Terlupakan
Ditulis oleh Bagas Putra
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://mediamuslim17.blogspot.com/2012/10/cinta-yang-terlupakan.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Bagas Putra
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar